Minggu, 02 Desember 2012

Sepakbola Kita Hanya Mimpi



“Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta! Masa yang lampau adalah berguna sekali untuk menjadi kaca bengala dari pada masa yang akan datang,” Bung Karno

Gelaran AFF 2012 sudah hampir setengah berjalan, 4 Negara terbaik di kawasan Asia Tenggara sudah melangkahkan seperempat kakinya untuk merebut supermasi tergengsi di Asia Tenggara. Thailand, Filipina, Malaysia, dan Singapura akhirnya berhasil melewati persaingan ketat di grup. Terkecuali bagi Thailand yang sudah dipastikan lolos ke semifinal terlebih dahulu ketika menang di dua pertandingan awal. Ketiga kontestan lain harus berjuang hingga pertandingan terakhir untuk memastikan lolos ke Semifinal.

Berbeda untuk Indonesia. Ya, gelaran AFF sudah berakhir bagi Indonesia tercinta, niat suporter Indonesia untuk meramaikan SUGBK di partai Semifinal harus kandas ditangan Malaysia. Ajang AFF kali ini mungkin sebagai Turnamen terberat yang harus dijalankan TIMNAS INDONESIA (not PSSI/KPSI). Berharap tuah seperti Denmark di Piala Eropa 1992 yang tak diunggulkan sama sekali tapi berhasil meraih Juara Eropa, ataupun yang lebih fenomenal dan kejadian hampir serupa di Tanah Air seperti Italia di Piala Dunia 2006. Datang dengan kasus suap, pengaturan skor dan berbagai macam kebobrokan sepakbolanya tapi berhasil menjadi Juara Dunia 2006. 

Berbeda 180 derajat, Indonesia hanya sebagai kontestan pelengkap rasa dari AFF ini. Militansi suporter yang jauh mendukung sampai ke Negeri Jiran membuat gelaran AFF masih memiliki rasa sebagai Turnamen beregengsi, karena pada beberapa pertandingan sebelumnya baik yang dilaksanakan di Thailand ataupun Malaysia sangat sepi penonton, baru ketika partai Indonesia vs Malaysia lah pertandingan menunjukan gengsi Turnamen AFF.

Lagi dan lagi Indonesia gagal untuk mempersembahkan gelar juara yang sudah sangat lama tidak singgah di Negeri ibu pertiwi, gagal di partai final dan hanya menjadi finalis mungkin sudah sangat biasa kita rasakan, terakhir garuda muda yang tampil diajang SeaGames hanya meraih perak, lagi dan lagi kalah di partai Final. Tapi ajang AFF kali ini lolos ke partai semifinal pun tidak. Saya khawatir kita terbiasa tidak lolos dan hanya pelengkap rasa di gelaran AFF selanjutnya.

Siapa yang harus disalahkan dari gagalnya Indonesia? Pertanyaan yang sebernarnya sangat mudah dijawab dan cukup bosan didengar jawabannya. Tapi apa daya, PSSI dan KPSI yang sepenuhnya harus bertanggungjawab malah sibuk mengurus kepentingan pribadi yang jauh dari aspek sepakbola. Politik, kekuasaan, uang, dan segala macam tetek bengeknya masih menjadi rebutan para jenggala di sepakbola Indonesia.

Entah kenapa kita tidak pernah belajar dari kejadian masa lampau, ada penggalan kalimat menarik dari Bung Karno "janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta! Masa yang lampau adalah berguna sekali untuk menjadi kaca bengala dari pada masa yang akan datang..”. Beberapa penggalan kalimat dari Bung Karno bisa dijadikan alasan mengapa induk dua sepakbola PSSI dan KPSI harus belajar dari masa lampau. Ketika kita gagal mengurus sepakbola, ya jangan harap Timnas meraih kesuksesan di ajang Internasional!

Gelaran AFF sudah berakhir, artinya sepakbola Indonesia kembali ke meriahnya 2 liga yang akan bergulir medio Januari dan Februari mendatang. Kedua organisasi induk sepakbola kita pun mulai sibuk menyiapkan masing-masing liga dan membuatnya semenarik mungkin dihadapan suporter setia sepakbola Indonesia. JC (Joint Commite) sebagai lembaga yang seharusnya bertugas untuk membereskan dua organisasi yang sudah bobrok malah terkesan tidak bekerja. Ego dari masing-masing pengurus cukup besar, menjadikannya seperti minyak dan air tidak ingin dilebur menjadi satu. Yang itu artinya sepakbola kita terus berjalan ditempat entah sampai kapan. Jadi, kita kembali bermimpi saja, siapa tau semua lebih indah didalam mimpi..

FORZA INDONESIA!