Minggu, 06 April 2014

8 Hari Backpacker Ujung Sumatera (Medan-Samosir-Aceh-Sabang). Catper 2. Selesai


21 Maret 2013

Kami tiba di Aceh kurang lebih pukul 10.00. Sempat terjadi insiden di perjalanan dari Medan menuju Aceh, ban bus kami sempat pecah sehingga harus diganti dan memakan waktu. Beruntung tidak terjadi apa” dengan penumpang. Sampai terminal Batoh Aceh tujuan kami masjid Raya Baiturrahman. Kebetulan hari Jumat kami tiba dan ingin merasakan sholat Jumat di Masjid Baiturrahman. Kami menggunakan becak motor menuju masjid Raya Baiturrahman. Setelah sholat Jumat, kami berencana langsung menuju Sabang. Kami harus pergi terlebih dahulu ke pelabuhan Ulelhe dan menyebrang menggunakan Ferry menuju Pulau Weh. 
Masjid Raya Baiturrahman.
Masjid Raya Baiturrahman
Dari masjid Baiturrahman kami kembali menggunakan becak motor menuju pelabuhan. Dalam perjalanan kami berbincang banyak hal dengan supir becak motor, kami pun meminta untuk dicarikan penyewaan motor untuk keperluan kami selama di Sabang. Akhirnya kami ditawarkan motor teman sang supir bentor, motor preman pelabuhan Ulhele. Seharga 100/harinya. Kami mengiyakan tanpa pengecekan motor. Dan ongkos penyebrangan motor pun kami yang menanggungnya. Kami meminjam motor jumat sore sampai dengan minggu sore. 
Pelabuhan Balohan Sabang.
Pelabuhan Ulelheu Aceh.
Sial bagi kami, setelah sampai di pelabuhan Balohan Sabang, ternyata motor yang kami pinjam tidak terdapat rem tangan(rem depan). Dengan struktur jalan di Sabang perbukitan kami sangat berhati-hati mengendarai motor ini. Apalagi kami tiba di Sabang di saat matahari sudah terbenam, rencana kami untuk langsung ke Iboih kami batalkan. Setelah mendapatkan saran dari Bapak TNI di kapal, beliau menyarankan untuk kami menginap terlebih dahulu di Kota Sabang. Akhirnya kami putuskan untuk ke Kota Sabang terlebih dahulu, dari pelabuhan ke Kota Sabang sekitar 30 menit, tidak terlalu jauh tetapi jalanan yang berliku dan hari sudah gelap sediki membuat kami waswas. Apalagi jalanan di Kota Sabang banyak terdapat one way seperti di Bandung. Bagi pendatang harus sangat berhati-hati. Kami menginap di Hotel Holiday Sabang. Malam hari kami bersantap malam di Taman Wisata Kuliner dan sedikit berkeliling menuju Sabang Fair. 

22 Maret 2013

Pukul 09.00 kami melakukan persiapan menuju Iboih, tujuan utama kami di perjalanan ini. Perjalanan dari kota Sabang menuju Iboih kurang lebih 30 menit. Jalanan masih berliku, terdapat beberapa tanjakan yang cukup curam. Tiba di Iboih kami langsung menuju penginapan. Terdapat banyak tipe penginapan di Iboih, dari yang berbentuk kamar biasa sampai bungalow-bungalow. Yang terkenal adalah penginapan berbentuk Bungalow. Rate harga mulai dari 100-250 per malamnya. Karena kami baru pertama kali, jadi kami terus berjalan dan beberapa kali menanyakan ketersediaan kamar dan harga. 
Gerbang Selamat datang di Iboih.
Akhirnya kami menjatuhkan pilihan pada Yulia Bungalow. Penginapan paling ujung yang berada di Iboih. Menurut Saya Yulia merupakan penginapan paling bagus berbentuk bungalow yang terdapat di Iboih. Kami mendapatkan harga 150ribu/malam. Kami ditawari kano untuk menyebrang ke pulau Rubiah dan perlengkapan snorkling. Setelah negosiasi yang cukup alot dengan Bang Randi, akhirnya kami mengiyakan dan siap berkano menuju pulau Rubiah serta snorkling. Pukul 11.00 kami mulai bersiap untuk menyebrang dan bersnorkling. Luar biasa keindahan Sabang ini, air biru kehijuan toska membuat eksotisme pulau Sabang menjadi pemandangan yang sangat indah. 

Biru kehijauan toska laut Iboih.
Bersaintai di depan bungalow.

Yulia Bungalow.
Pulau Rubiah tak kalah indahnya, banyak tamu dari sekitar kota Aceh yang datang ke pulau ini, biasanya mereka menggunakan kapal kayu yang diantar oleh pemandu wisata. Hanya kami yang menyebrang dari Pulau Weh menuju Pulau Rubiah menggunaakan Kano. 2 jam kurang lebih kami bersnorkling akhirnya kembali ke Yulia Bungalows dan beristirahat. Sore hari kami berencana mengunjungi pantai Gapang dan tugu 0 Kilometer Indonesia. 
Pulau Rubiah
Snorkling di Iboih.
Kano menyebrang Sabang ke Pulau Rubiah.
Setelah beristirahat, pukul 17.00 kami berangkat menuju pantai Gapang. Ternyata pantai ini cukup sepi. Bahkan cenderung sangat sepi, terdapat karang di bibir pantainya. Setelah mengambil sedikit gambar kami menuju tugu 0 Kilometer Indonesia. Jalanan menuju 0 Kilometer Indonesia sangat berliku, tetapi aspal jalanan sangat baik. Tidak ada jalan rusak menuju 0 Kilometer Indonesia. Yang terkenal dari tugu ini adalah pemandangan sunsetnya. Sayang ketika sampai di tugu 0 Kilometer kami tidak dapat sempurna melihat sunset, karena tertutup oleh awan. Disini kami bertemu dengan Wali dan Bang Khadafi. Keduanya asli kota Aceh, kami berbincang panjang dan menjadi akrab. Ini awal cerita kami bisa keliling kota Aceh. Setelah selesai sunset, kami cepat pulang karena jalanan malam yang sangat gelap, tidak ada penerangan. Sampai di penginapan kami menikmati malam indah di ujung Indonesia. Ya, Iboih yang beratapkan bintang.

Foto perpisahan dengan Bang Randy. (Pemilik Yulia Homestay)
Tugu 0 Kilometer Indonesia
Sunset di tugu 0 Kilometer Indonesia.

23 Maret 2013

Kembali, hanya satu hari kami di Iboih, rasanya sangat kurang. Tetapi karena waktu dan budget yang terus terkuras kami harus segera kembali menuju Aceh. Dan kami sudah memesan tiket pulang tanggal 25 Maret. Dalam perjalanan dari Iboih kembali ke pelabuhan Balohan Sabang, kami berencana singgah di pantai Sumur Tiga. Sebenarnya banyak objek wisata yang dpat dikunjungi dalam perjalanan pulang dari Iboih ke pelabuhan Balohan. Tapi kami tidak mempunyai waktu yang banyak, dan akhirnya diputuskan hanya mampir ke Sumur Tiga. Pantai Sumur Tiga tidak jauh dari Pelabuhan Balohan. Jalan menuju Sumur Tiga seperti jalanan menuju Iboih. Berliku dan terdapat banyak tanjakan dan turunan. Tapi pemandangan ketika sudah sampai pantai Sumur Tiga terbayar. Sangat indah dan masih sepi. Belum banyak bungalow ataupun penginapan yang terdapat di pantai ini. Airnya sangat jernih, terdapat beberapa karang dibeberapa bagian pantainya. Kami mengambil beberapa gambar di Pantai Sumur Tiga sebelum melanjutkan perjalanan ke Pelabuhan Sabang. 

Pantai Sumur Tiga.

Pantai Sumur Tiga.

Pantai Sumur Tiga.


Sampai di Sabang pukul 11.30, dan ternyata kami kembali bertemu dengan Wali dan Bang Khadafi. Ternyata mereka rombongan datang ke Sabang dengan keluarga mereka. Kami berbincang panjang dengan Wali dan kami ditawari untuk menginap di Kosannya. Akhirnya kami mengiyakan untuk menumpang di kosan Wali, dan dia menjadi guide kami selama di Kota Aceh. Kami menyebrang menuju Pelabuhan Ulelhe Aceh pukul 13.00 . Kami tiba sore di Aceh, dan langsung menuju kosan Wali. Sebelum menuju kosannya, kami makan nasi goreng di depan masjid raya Baiturrahman. Dan itu sangat nikmat sekali. 12 Ribu nasi goreng dengan bebek. Sore hari kami sholat di masjid Baiturrahman, setelah itu kami diajak keliling Aceh. Kami menuju ujung pantai, entah dimana itu yang jelas terdapat sangat jelas kedahsyatan tsunami Aceh, yang menghancurkan jembatan. Masih terlihat puing” jembatannya. Kami menikmati sore hari di ujung laut Aceh, terdapat mudamudi yang pacaran disini. Setelah itu kami langsung menuju kosan Wali. Sampai di kosannya kami mandi dan istirahat sejenak. Malam hari kami berencana diajak menuju Darussalam, daerah mahasiswa di Kota Aceh. Di daerah ini terdapat kampus UNSYIAH (Universitas Syiah Kuala) dan UIN Ar-raniry. Kami makan malam di daerah Darussalam. Setelah itu diajak keliling kota aceh, kami menuju PLTAD APUNG, perahu di atap rumah. Malam hari semua objek wisata ini ditutup. Kesemuanya adalah saksi bisu dahsyatnya tsunami Aceh. Bayangkan saja kapal besar untuk tenaga listrik di Aceh terdampar di tengah kota. Setelah itu kami kembali ke kosan untuk istirahat.

24 Maret 2013

Hari ini kami berencana untuk mengunjungi beberapa tempat di Aceh. Kampus Ar-raniry, Pantai Lampuuk (baca: lampu uk) , mata’I (pemandian mata air dingin) dan lapangan Blang Padang. Kami menuju kampus sekitar pukul 10.00, kami berencana sarapan di UIN Ar-raniry. Siapa sangka ternyata kami kembali mendapat banyak kawan baru. Kami berkenalan dengan Boby, mahasiswa triple degree, 2 di UNSYIAH dan 1 di Ar-raniry. Luar biasa memang manusia ini, oh iya dia berasal dari Jakarta, kami banyak sharing berbagai macam hal dengannya mungkin karena kesamaan kami berasal dari Jakarta. Kami juga mengobrol dengan dosen, saya lupa namanya, kami sharing tentang adat istiadat Aceh sampai hal” yang berbau politik. Kami banyak tau tentang Aceh, dari A sampai Z kami diceritakan semuanya. Dan menambah banyak sekali pengetahuan kami tentang Aceh. Setelah mengobrol banyak serta mengisi perut kami pamit untuk melakukan perjalanan selanjutnya. Lagi-lagi kami ditraktir makan, baik sekali memang orang Aceh. 

Tujuan kami selanjutnya adalah mata’i. Pemandian ini berada di daerah pelatihan militer. Entah dimana tempatnya, yang jelas kami melewati stadion Aceh yang cukup besar. Saya lupa namanya. Pemandian mata’I ini cukup unik. Karena biasanya berendam di air hangat, tetapi ini air dingin. Memang benar cukup dingin airnya. Tempat pemandian mata’I masih sangat alami. Di kolamnya terdapat lumut yang membuat sedikit licin dan pinggiran kolam pun masih bebatuan. Belum di keramik ataupun disemen. Tidak lama kami di mata’I, selanjutnya kami menuju pantai lampuuk. Pantai lampuuk berada di Aceh bagian barat. Saat tsunami pantai ini hancur luluh lantah diterpa tsunami, dan sekarang pantai lampuuk mempunyai pemandangan yang sangat indah. Pasirnya putih halus, dan pemandangannya menghadap ke dua bukit. Cukup lama kami di pantai Lampuuk, dan sore hari kami kembali ke kota menuju lapangan Blang Padang. 

Pemandian Mata'i.

Pemandian Mata'i
Pantai Lampuuk.

Pantai Lampuuk.

Pantai Lampuuk.

Pantai Lampuuk.

Lapangan Blang Padang merupakan lapangan yang dibuat berisi ucapan terimakasih rakyat Aceh kepada seluruh Negara-negara di dunia yang telah membantu Aceh setelah tsunami terjadi. Di lapangan ini juga terdapat, replika pesawat terbang sumbangan rakyat Aceh kepada republik Indonesia. Setelah puas berkeliling lapangan Blang Padang, kami kembali ke kosan dan istirahat sejenak. Malam harinya kami diajak oleh Boby untuk menyicipi kopi Aceh. Disana kami juga berkenalan dengan Bang Tanzil kawan dari Boby. Banyak sekali obrolan kami tentang kehidupan di Aceh. Dari hal unik sampai beberapa hal yang menurut saya ekstrim. Lagi-lagi makan malam kali ini ditraktir. Setelah berbincang sampai malam, kami pulang ke kosan dan istirahat. Esok hari kami akan kembali ke Jakarta.

Replika pesawat persembahan rakyat Aceh untuk Indonesia.

Foto bersama Bang Khadafi dan Wali.

Dengan tukang mie Aceh. Enak. Di 3 in 1 coffee shop.

Foto dengan kawan baru. Wali, Bang Tanzil, dan Bobby.

25 Maret 2014

Hari terakhir kami di Aceh, sore hari kami harus kembali ke Jakarta. Kami berencana mengunjungi museum tsunami dan bertemu dengan boby di kantin UNSYIAH. Boby dan bang Tanzil berencana akan mengantar kami menuju Bandara. Museum tsunami ini menurut saya cukup bagus. Rancangan Walikota Bandung Ridwan Kamil. Memasuki museum tsunami kita akan melihat bagaimana dahsyatnya tsunami, betapa besarnya kuasa Allah, dan bangkitnya rakyat Aceh setelah tsunami. Satu”nya museum yang saya masuk membuat saya haru. Didesign sedemikian rupa agar pengunjung dapat merasakan apa yang dirasakan ketika tsunami datang. Tampilan luar museum pun sangat dinamis. Setelah dari museum tsunami kami makan di kantin UNSYIAH dan diantar menuju bandara. Sampai jumpa kembali Aceh Darussalam. 

Saksi bisu dahsyat tsunami Aceh.

Bagian dalam museum tsunami.

Bagian luar Museum Tsunami.

Bagian luar Museum Tsunami Aceh.

Salah satu gambar di ruangan Museum Tsunami Aceh.


Jumat, 04 April 2014

8 Hari Backpacker Ujung Sumatera (Medan-Samosir-Aceh-Sabang). Catper 1.




Siapa yang tak mengenal Aceh ? Provinsi paling barat di Indonesia ini ternyata menyimpan segudang cerita. Kearifan masyarakat lokal, wisata alam yang begitu indah, budaya islam yang begitu kental, intrik politik yang masih dapat dirasakan khususnya bagi para pendatang dan berbagai macam hal menarik lainnya. Dan menurutku Aceh tak hanya sekedar tsunami.

Saya berkesempatan untuk backpacker ke Aceh dan Medan. Dua provinsi ujung Barat di Indonesia ini memiliki keindahan alam yang sungguh luar biasa indahnya. Bagi Anda yang berkesempatan dan memiliki waktu untuk berkunjung, maka datanglah ke Aceh dan Medan.

18 Maret 2013

Pukul 07.00 Kami melakukan persiapan dari kosan daerah pinggiran Bandung. Tepatnya Jatinangor. Dengan budget seminim mungkin kami cukup banyak membawa logistik persiapan. Beberapa makanan (Roti, keju, meses, popmie, vitamin) Sampai dengan deterjen tak lupa barang lainnya yang dapat kami bawa untuk menyesuaikan dengan budget kami. Tidak lupa itinerary yang sebetulnya tidak begitu lengkap. Kapan pulang dari Aceh pun kami belum tahu. Kami hanya membeli tiket berangkat saja menuju Medan. Tiket pulang kami pikir dapat dibeli nanti di Aceh, jika betah dan budget masih mencukupi, kami ingin selama mungkin di Aceh. Berangkat menggunakan travel menuju Bandara Hussein Sastranegara. Dijadwal kami takeoff pukul 10.15 WIB dan sampai Bandara Kualanamu Medan sekitar pukul 13.00.

Landscape Medan dari atas.
Sampai Kualanamu pukul 13.00. Kami Sholat Zuhur terlebih dahulu serta repacking barang bawaan yang lumayan banyak ala-ala backpacker gembel. Setelah bertanya kepada pegawai angkasa pura bagaimana cara menuju Kota Medan, akhirnya kami disarankan menggunakan Bus Damri. Kami berencana akan singgah terlebih dahulu 1 malam di kota Medan sebelum lanjut esok hari menuju Danau Toba, Samosir. Dari Bandara Kualanamu menuju Kota Medan menggunakan transportasi Damri. Turun di simpang sebelum masjid raya Medan. Dari sana, kami tertipu seharusnya berjalan kaki menuju penginapan Residence cukup dekat, tapi karena kami tidak tahu akhirnya menggunakan bentor. Penginapan Residence cukup nyaman untuk backpacker seperti kami. Bertarif 75 ribu satu malam. Tersedia 2 bed, fan dan kamar mandi di dalam. Lokasinya pun cukup strategis, dibelakang masjid raya Kota Medan.

Penginapan Residence. 70ribu/malam.
Setelah istirahat sampai tertidur pulas. Pukul 17.00 kami berencana jalan-jalan sore untuk mengetahui sisi kota Medan. Kami menuju Istana Maimun, Istana yang berada tidak jauh dari Masjid Raya Medan. Untuk kunjungan ke dalam Istana Maimun hanya bisa dilakukan waktu tertentu saja. Disana kami mengambil foto dan menikmati senja Kota Medan. Kota Medan cukup ramai, angkot dan bentor mendominasi jalanan kota Medan. Suara klakson saling bersautan di perempatan jalan. Berasa kota milik tukang angkot kalo kata orang Medan. Kami Sholat Maghrib di masjid raya Medan. Setelah itu makan malam di pujasera avianti dekat dengan Mall yang berada di depan masjid raya Medan. Kembali ke penginapan lalu tidur untuk melanjutkan perjalanan panjang esok hari menuju Danau Toba.

Istana Maimun. Medan.
Backpacker ke Medan
Istana Maimun. Medan.
Backpacker ke Medan
Jalan Raya kota Medan.
Backpacker ke Medan
Masjid Raya Medan.
19 Maret 2013

Memulai persiapan pukul 07.00. Kami meninggalkan penginapan Residence untuk menuju terminal Amplas, untuk menuju terminal amplas kami menggunakan angkot mr.x dari depan Masjid Raya Medan. Dari terminal amplas menggunakan bus Sejahtera menuju Parapat/pelabuhan Ajibata. Perjalanan menuju Parapat memakan waktu kurang lebih 5 jam. Danau toba berjarak 170 KM dari kota Medan. 

Bus berangkat pukul 9, diperkirakan sampai Parapat kurang lebih pukul 14.00 . Menaiki Bus Sejahtera cukup memacu adrenalin, mungkin bus lintas jawa tidak ada apa-apa jika dibandingkan dengan bus Sejahtera ini. Tujuan kami di Toba adalah desa Tuktuk, desa yang mempunyai banyak penginapan indah di sisi danau toba. Terdapat 2 lokasi wisata di Toba, desa Tuktuk dan Tomok. Seharusnya kami menaiki kapal dari pelabuhan Tigaraja menuju Tuktuk. Tetapi kami salah turun, kami turun di pelabuhan Ajibata yang melayani penyebrangan ke Tomok. Sampai di Tomok ternyata tidak ada angkot yang dapat mengantar ke Tuktuk, transportasi yang ada hanya Ojek. Dan ternyata ojek pun sedang kosong, terpaksa kami berjalan kaki mencari peruntungan menuju desa Tuktuk. Di tengah jalan kami menumpang kolbak menuju gerbang desa Tuktuk, karena kolbak yang kami naiki menuju daerah Pangurungan tidak ke Tuktuk. Dari gerbang desa Tuktuk akhirnya kami berjalan kaki menuju penginapan Caroline. Hampir 3 KM kami berjalan menuju penginapan Caroline.
Backpacker ke Medan
Kapal Penyebrangan Danau Toba.
Backpacker ke Medan
Tiba di gerbang desa Tuktuk. Setelah menumpang kolbak.
Backpacker ke Medan
Foto belakang, gerbang desa Tuktuk.
Backpacker ke Medan
Pemandangan menuju penginapan Caroline
Backpacker ke Medan
Patung di tepi Danau Toba. Entah apa namanya. Berukuran cukup besar.
Penginapan Caroline cukup jauh dari gerbang Desa Tuktuk, tapi penginapan ini sangat recommended bagi yang ingin berkunjung ke Danau Toba. Penginapan cukup nyaman dan tenang. Terdapat banyak pilihan kamar dari ala ransel sampai ala koper. Paling murah dipatok harga 75 ribu/malam. Cukup murah bukan? Dan kamarnyapun cukup nyaman dan bersih. Kami istirahat sejenak, dan aktifitas sore hari berenang di danau Toba, berenang di Toba merupakan sensasi tersendiri. Berenang dengan air tawar yang cukup dingin disertai dengan pemandangan danau Toba yang sangat indah. Sayang kami hanya 1 malam di danau Toba karena esok hari harus melanjutkan perjalanan menuju Aceh.
Backpacker ke Medan
Kamar di penginapan Caroline. 75ribu/malam.
Backpacker ke Medan
Bersiap nyemplung di danau Toba.
Backpacker ke Medan
Sunrise di Danau Toba


Kapal melintasi depan penginapan.


Penginapan di Danau Toba
20 Maret 2013


Kami hanya 1 hari di Toba, sangat kurang sebenarnya hanya 1 hari singgah di Toba. Sore hari kami harus berangkat menuju Aceh. Tapi kami tidak ingin melewatkan kesempatan mengelilingi pulau Samosir. Terdapat beberapa objek wisata terkenal disini, hotspring (pemandian air panas), Menara pandang Tele, museum sigale-gale dan makam raja sidabutar. Masih banyak lagi sebenarnya objek wisata di pulau Samosir. Tetapi karena waktu kami terbatas, kami menyewa motor 4 jam untuk mengelilingi pulau Samosir. Pagi hari pukul 8 kami berangkat menuju menara pandang Tele. 

Jalan di Pulau Samosir
Menara Pandang Tele.
Menara pandang Tele merupakan objek wisata dimana terdapat menara di dataran tinggi untuk melihat dari keseluruhan danau Toba. Perjalanan menuju menara Tele memakan waktu 2 jam. Cukup jauh memang, melewati jalanan seperti daerah puncak bogor, terus menanjak dan menanjak. Suhu udara pun cukup dingin. Sayang kami kurang beruntung, sesampainya di Menara Tele Cuaca sangat berkabut, hanya sedikit saja pemandangan yang dapat terlihat, kami menunggu 30 menit berharap kabut turun. Ternyata kabut cukup tebal, jadi kami tidak dapat melihat dengan jelas danau Toba.  Tidak lama kami di menara Tele, akhirnya turun kembali menuju Toba, kami tidak sempat singgah di pemandian air panas karena waktu yang terbatas, lain kali jika singgah di Toba pasti Saya kunjungi. Ada yang unik dalam perjalanan turun dari menara Tele menuju Toba, bensin motor ternyata hampir habis,  akhirnya kami putuskan tidak menggunakan mesin. Kami matikan mesin dan memanfaatkan medan jalan yang turun. Lumayan menghemat bensin. 
Tomok.
Museum Sigale-gale.
Museum Sigale-gale.
Museum Sigale-gale.
Sebelum kembali ke Tuktuk, kami menuju Tomok untuk mengunjungi Museum sigale-gale dan makan raja Sidabutar. Untuk tambahan informasi, objek wisata di pulau Samosir banyak berbentuk seperti makam raja-raja terdahulu. Di sepanjang perjalanan pulang pun terlihat jelas banyak makam-makam leluhur penduduk setempat. Pukul 12.00 kami sampai kembali di penginapan, melakukan repacking dan siap kembali menuju kota Medan dan melanjutkan perjalanan menuju Aceh. Pukul 14.30 kami berangkat menuju kota Medan menggunakan Bus Sejahtera sampai di Kota medan pukul 19.00, lalu kami naik angkot menuju pool bus Sempati Star. Bus yang akan membawa kami menuju Kota Banda Aceh. Ketika di Bandara Hussein Saya mengobrol dengan bapak berasal dari Medan dan mendapatkan informasi bahwa bus menuju Aceh bagus, PO bus jelek tidak akan laku. Ternyata ini benar adanya, pool bus Sempati Star sangat sangat bagus. Tak ada yang sebanding dengan terminal bus di Jakarta. Tempat pemesanan tiket yang modern dengan komputer, mushollah dan ruang tunggu berAC, kamar mandi menggunakan shower dan tempat makan yang cukup nyaman. Kami berangkat pukul 20.30 dan sampai di Aceh diperkirakan pukul 08.00.
Bus Sempati Star.
Dalam Bus Sempati Star.

Lanjut part 2 ~> http://mujahidshafi.blogspot.com/2014/04/8-hari-backpacker-ujung-sumatera-medan_6.html