21 Maret 2013
Kami tiba di Aceh kurang lebih pukul
10.00. Sempat terjadi insiden di perjalanan dari Medan menuju Aceh, ban bus
kami sempat pecah sehingga harus diganti dan memakan waktu. Beruntung tidak
terjadi apa” dengan penumpang. Sampai terminal Batoh Aceh tujuan kami masjid Raya
Baiturrahman. Kebetulan hari Jumat kami tiba dan ingin merasakan sholat Jumat
di Masjid Baiturrahman. Kami menggunakan becak motor menuju masjid Raya
Baiturrahman. Setelah sholat Jumat, kami berencana langsung menuju Sabang. Kami
harus pergi terlebih dahulu ke pelabuhan Ulelhe dan menyebrang menggunakan
Ferry menuju Pulau Weh.
|
Masjid Raya Baiturrahman. |
|
Masjid Raya Baiturrahman |
Dari masjid
Baiturrahman kami kembali menggunakan becak motor menuju pelabuhan. Dalam
perjalanan kami berbincang banyak hal dengan supir becak motor, kami pun
meminta untuk dicarikan penyewaan motor untuk keperluan kami selama di Sabang.
Akhirnya kami ditawarkan motor teman sang supir bentor, motor preman pelabuhan
Ulhele. Seharga 100/harinya. Kami mengiyakan tanpa pengecekan motor. Dan ongkos
penyebrangan motor pun kami yang menanggungnya. Kami meminjam motor jumat sore
sampai dengan minggu sore.
|
Pelabuhan Balohan Sabang. |
|
Pelabuhan Ulelheu Aceh. |
Sial bagi kami, setelah sampai di pelabuhan Balohan
Sabang, ternyata motor yang kami pinjam tidak terdapat rem tangan(rem depan).
Dengan struktur jalan di Sabang perbukitan kami sangat berhati-hati mengendarai
motor ini. Apalagi kami tiba di Sabang di saat matahari sudah terbenam, rencana
kami untuk langsung ke Iboih kami batalkan. Setelah mendapatkan saran dari
Bapak TNI di kapal, beliau menyarankan untuk kami menginap terlebih dahulu di Kota
Sabang. Akhirnya kami putuskan untuk ke Kota Sabang terlebih dahulu, dari
pelabuhan ke Kota Sabang sekitar 30 menit, tidak terlalu jauh tetapi jalanan
yang berliku dan hari sudah gelap sediki membuat kami waswas. Apalagi jalanan
di Kota Sabang banyak terdapat one way seperti di Bandung. Bagi pendatang harus
sangat berhati-hati. Kami menginap di Hotel Holiday Sabang. Malam hari kami
bersantap malam di Taman Wisata Kuliner dan sedikit berkeliling menuju Sabang
Fair.
22 Maret 2013
Pukul 09.00 kami
melakukan persiapan menuju Iboih, tujuan utama kami di perjalanan ini.
Perjalanan dari kota Sabang menuju Iboih kurang lebih 30 menit. Jalanan masih berliku,
terdapat beberapa tanjakan yang cukup curam. Tiba di Iboih kami langsung menuju
penginapan. Terdapat banyak tipe penginapan di Iboih, dari yang berbentuk kamar
biasa sampai bungalow-bungalow. Yang terkenal adalah penginapan berbentuk
Bungalow. Rate harga mulai dari 100-250 per malamnya. Karena kami baru pertama
kali, jadi kami terus berjalan dan beberapa kali menanyakan ketersediaan kamar
dan harga.
|
Gerbang Selamat datang di Iboih. |
Akhirnya kami menjatuhkan pilihan pada Yulia Bungalow. Penginapan
paling ujung yang berada di Iboih. Menurut Saya Yulia merupakan penginapan
paling bagus berbentuk bungalow yang terdapat di Iboih. Kami mendapatkan harga
150ribu/malam. Kami ditawari kano untuk menyebrang ke pulau Rubiah dan
perlengkapan snorkling. Setelah negosiasi yang cukup alot dengan Bang Randi,
akhirnya kami mengiyakan dan siap berkano menuju pulau Rubiah serta snorkling. Pukul
11.00 kami mulai bersiap untuk menyebrang dan bersnorkling. Luar biasa
keindahan Sabang ini, air biru kehijuan toska membuat eksotisme pulau Sabang
menjadi pemandangan yang sangat indah.
|
Biru kehijauan toska laut Iboih. |
|
Bersaintai di depan bungalow. |
|
Yulia Bungalow. |
Pulau Rubiah tak kalah indahnya, banyak tamu
dari sekitar kota Aceh yang datang ke pulau ini, biasanya mereka menggunakan
kapal kayu yang diantar oleh pemandu wisata. Hanya kami yang menyebrang dari
Pulau Weh menuju Pulau Rubiah menggunaakan Kano. 2 jam kurang lebih kami
bersnorkling akhirnya kembali ke Yulia Bungalows dan beristirahat. Sore hari
kami berencana mengunjungi pantai Gapang dan tugu 0 Kilometer Indonesia.
|
Pulau Rubiah |
|
Snorkling di Iboih. |
|
Kano menyebrang Sabang ke Pulau Rubiah. |
Setelah beristirahat, pukul 17.00 kami berangkat menuju pantai Gapang. Ternyata pantai ini cukup sepi. Bahkan cenderung sangat sepi, terdapat karang di bibir pantainya. Setelah mengambil sedikit gambar kami menuju tugu 0 Kilometer Indonesia. Jalanan menuju 0 Kilometer Indonesia sangat berliku, tetapi aspal jalanan sangat baik. Tidak ada jalan rusak menuju 0 Kilometer Indonesia. Yang terkenal dari tugu ini adalah pemandangan sunsetnya. Sayang ketika sampai di tugu 0 Kilometer kami tidak dapat sempurna melihat sunset, karena tertutup oleh awan. Disini kami bertemu dengan Wali dan Bang Khadafi. Keduanya asli kota Aceh, kami berbincang panjang dan menjadi akrab. Ini awal cerita kami bisa keliling kota Aceh. Setelah selesai sunset, kami cepat pulang karena jalanan malam yang sangat gelap, tidak ada penerangan. Sampai di penginapan kami menikmati malam indah di ujung Indonesia. Ya, Iboih yang beratapkan bintang.
|
Foto perpisahan dengan Bang Randy. (Pemilik Yulia Homestay) |
|
Tugu 0 Kilometer Indonesia |
|
Sunset di tugu 0 Kilometer Indonesia.
23 Maret 2013
Kembali, hanya satu
hari kami di Iboih, rasanya sangat kurang. Tetapi karena waktu dan budget yang
terus terkuras kami harus segera kembali menuju Aceh. Dan kami sudah memesan
tiket pulang tanggal 25 Maret. Dalam perjalanan dari Iboih kembali ke pelabuhan
Balohan Sabang, kami berencana singgah di pantai Sumur Tiga. Sebenarnya banyak
objek wisata yang dpat dikunjungi dalam perjalanan pulang dari Iboih ke
pelabuhan Balohan. Tapi kami tidak mempunyai waktu yang banyak, dan akhirnya
diputuskan hanya mampir ke Sumur Tiga. Pantai Sumur Tiga tidak jauh dari
Pelabuhan Balohan. Jalan menuju Sumur Tiga seperti jalanan menuju Iboih.
Berliku dan terdapat banyak tanjakan dan turunan. Tapi pemandangan ketika sudah
sampai pantai Sumur Tiga terbayar. Sangat indah dan masih sepi. Belum banyak
bungalow ataupun penginapan yang terdapat di pantai ini. Airnya sangat jernih,
terdapat beberapa karang dibeberapa bagian pantainya. Kami mengambil beberapa
gambar di Pantai Sumur Tiga sebelum melanjutkan perjalanan ke Pelabuhan Sabang.
Pantai Sumur Tiga.
Pantai Sumur Tiga.
Pantai Sumur Tiga.
Sampai di Sabang pukul 11.30, dan ternyata kami kembali bertemu dengan Wali dan
Bang Khadafi. Ternyata mereka rombongan datang ke Sabang dengan keluarga
mereka. Kami berbincang panjang dengan Wali dan kami ditawari untuk menginap di
Kosannya. Akhirnya kami mengiyakan untuk menumpang di kosan Wali, dan dia
menjadi guide kami selama di Kota Aceh. Kami menyebrang menuju Pelabuhan Ulelhe
Aceh pukul 13.00 . Kami tiba sore di Aceh, dan langsung menuju kosan Wali.
Sebelum menuju kosannya, kami makan nasi goreng di depan masjid raya
Baiturrahman. Dan itu sangat nikmat sekali. 12 Ribu nasi goreng dengan bebek.
Sore hari kami sholat di masjid Baiturrahman, setelah itu kami diajak keliling
Aceh. Kami menuju ujung pantai, entah dimana itu yang jelas terdapat sangat
jelas kedahsyatan tsunami Aceh, yang menghancurkan jembatan. Masih terlihat
puing” jembatannya. Kami menikmati sore hari di ujung laut Aceh, terdapat
mudamudi yang pacaran disini. Setelah itu kami langsung menuju kosan Wali.
Sampai di kosannya kami mandi dan istirahat sejenak. Malam hari kami berencana
diajak menuju Darussalam, daerah mahasiswa di Kota Aceh. Di daerah ini terdapat
kampus UNSYIAH (Universitas Syiah Kuala) dan UIN Ar-raniry. Kami makan malam di
daerah Darussalam. Setelah itu diajak keliling kota aceh, kami menuju PLTAD
APUNG, perahu di atap rumah. Malam hari semua objek wisata ini ditutup. Kesemuanya
adalah saksi bisu dahsyatnya tsunami Aceh. Bayangkan saja kapal besar untuk
tenaga listrik di Aceh terdampar di tengah kota. Setelah itu kami kembali ke
kosan untuk istirahat.
24 Maret 2013
Hari ini kami
berencana untuk mengunjungi beberapa tempat di Aceh. Kampus Ar-raniry, Pantai
Lampuuk (baca: lampu uk) , mata’I (pemandian mata air dingin) dan lapangan
Blang Padang. Kami menuju kampus sekitar pukul 10.00, kami berencana sarapan di
UIN Ar-raniry. Siapa sangka ternyata kami kembali mendapat banyak kawan baru.
Kami berkenalan dengan Boby, mahasiswa triple degree, 2 di UNSYIAH dan 1 di
Ar-raniry. Luar biasa memang manusia ini, oh iya dia berasal dari Jakarta, kami
banyak sharing berbagai macam hal dengannya mungkin karena kesamaan kami
berasal dari Jakarta. Kami juga mengobrol dengan dosen, saya lupa namanya, kami
sharing tentang adat istiadat Aceh sampai hal” yang berbau politik. Kami banyak
tau tentang Aceh, dari A sampai Z kami diceritakan semuanya. Dan menambah
banyak sekali pengetahuan kami tentang Aceh. Setelah mengobrol banyak serta
mengisi perut kami pamit untuk melakukan perjalanan selanjutnya. Lagi-lagi kami
ditraktir makan, baik sekali memang orang Aceh.
Tujuan kami selanjutnya adalah
mata’i. Pemandian ini berada di daerah pelatihan militer. Entah dimana
tempatnya, yang jelas kami melewati stadion Aceh yang cukup besar. Saya lupa
namanya. Pemandian mata’I ini cukup unik. Karena biasanya berendam di air
hangat, tetapi ini air dingin. Memang benar cukup dingin airnya. Tempat
pemandian mata’I masih sangat alami. Di kolamnya terdapat lumut yang membuat
sedikit licin dan pinggiran kolam pun masih bebatuan. Belum di keramik ataupun disemen.
Tidak lama kami di mata’I, selanjutnya kami menuju pantai lampuuk. Pantai
lampuuk berada di Aceh bagian barat. Saat tsunami pantai ini hancur luluh
lantah diterpa tsunami, dan sekarang pantai lampuuk mempunyai pemandangan yang
sangat indah. Pasirnya putih halus, dan pemandangannya menghadap ke dua bukit.
Cukup lama kami di pantai Lampuuk, dan sore hari kami kembali ke kota menuju
lapangan Blang Padang.
Pemandian Mata'i.
Pemandian Mata'i
Pantai Lampuuk.
Pantai Lampuuk.
Pantai Lampuuk.
Pantai Lampuuk.
Lapangan Blang Padang merupakan lapangan yang dibuat
berisi ucapan terimakasih rakyat Aceh kepada seluruh Negara-negara di dunia
yang telah membantu Aceh setelah tsunami terjadi. Di lapangan ini juga
terdapat, replika pesawat terbang sumbangan rakyat Aceh kepada republik
Indonesia. Setelah puas berkeliling lapangan Blang Padang, kami kembali ke
kosan dan istirahat sejenak. Malam harinya kami diajak oleh Boby untuk
menyicipi kopi Aceh. Disana kami juga berkenalan dengan Bang Tanzil kawan dari
Boby. Banyak sekali obrolan kami tentang kehidupan di Aceh. Dari hal unik
sampai beberapa hal yang menurut saya ekstrim. Lagi-lagi makan malam kali ini
ditraktir. Setelah berbincang sampai malam, kami pulang ke kosan dan istirahat.
Esok hari kami akan kembali ke Jakarta.
Replika pesawat persembahan rakyat Aceh untuk Indonesia.
Foto bersama Bang Khadafi dan Wali.
Dengan tukang mie Aceh. Enak. Di 3 in 1 coffee shop.
Foto dengan kawan baru. Wali, Bang Tanzil, dan Bobby.
25 Maret 2014
Hari terakhir kami di
Aceh, sore hari kami harus kembali ke Jakarta. Kami berencana mengunjungi
museum tsunami dan bertemu dengan boby di kantin UNSYIAH. Boby dan bang Tanzil
berencana akan mengantar kami menuju Bandara. Museum tsunami ini menurut saya
cukup bagus. Rancangan Walikota Bandung Ridwan Kamil. Memasuki museum tsunami
kita akan melihat bagaimana dahsyatnya tsunami, betapa besarnya kuasa Allah,
dan bangkitnya rakyat Aceh setelah tsunami. Satu”nya museum yang saya masuk
membuat saya haru. Didesign sedemikian rupa agar pengunjung dapat merasakan apa
yang dirasakan ketika tsunami datang. Tampilan luar museum pun sangat dinamis.
Setelah dari museum tsunami kami makan di kantin UNSYIAH dan diantar menuju
bandara. Sampai jumpa kembali Aceh Darussalam.
Saksi bisu dahsyat tsunami Aceh.
Bagian dalam museum tsunami.
Bagian luar Museum Tsunami.
Bagian luar Museum Tsunami Aceh.
Salah satu gambar di ruangan Museum Tsunami Aceh.
|
kakk.. nnya dunk kapal utk nyebrang ke pulau Rubiahnya itu brpaan ya? dan bisa muat brp orang? itu pake kano ya? klo pake speed boat tau harganya jg ngaa? hehehe.. maaf byk nnya ^_^
BalasHapusjadi kangen pulang ke Aceh.. huhuhu
BalasHapus@Lisa Gunarto kano 50 ribu, alat snorkling 40 ribu. jadi 90 sendiri. berdua 180 mba . kano muat 2 orang saja, 3 orang bisa tapi mepet hehe. kalo speed boat kurang tau.
BalasHapusbang, ga ada rincian biaya detilnya ya? butuh banget nih :(
BalasHapusrincian detail di kaskus bang :D
Hapushttp://www.kaskus.co.id/thread/533a45947474d8444a000062/8-hari-backpacker-ujung-sumatera-medan-samosir-aceh-sabang
Mas saya boleh minta kontak utk penginapan Yulia di Rubiah?
BalasHapuswaduh saya baru cek hp, kontaknya hilang :(
HapusMas saya boleh minta kontak utk penginapan Yulia di Rubiah?
BalasHapusmas, untuk ke yulia bungalow itu harus nyebrang lagi ya pake rastas boat?biayanya brp ya mas?
BalasHapus